Setelah sekian lama vakum dari dunia blog, akhirnya dengan Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat melanjutkan menulis dan berbagi cerita mengenai waduk cacabn nan indah dan penuh misteri. Hampir 2 tahun lebih berlalu kini obyek wisata waduk cacaban menjadi semakin elok. Terlihat beberapa pembangunan kawasan disebelah timur yang sudah semakin rapi, dan ramai dikunjungi setiap akhir pekan.
Kisah kehidupan remaja di sekitar kawasan waduk Cacaban.
Ada satu pengalaman menarik ketika penulis berkunjung ke waduk cacaban, yaitu pemandangan yang umum dilihat disana namun mungkin unik bagi yang tinggal agak jauh dari sekitaran waduk. Salah satunya yaitu 2 orang gadis remaja yang mendayung diatas perahu kecil atau sering disebut jukung kata orang sekitar. Tanpa canggung 2 orang gadis tersebut mendayung perahu sembari bercengkrama dan terlihat slah satunya sedang menggunakan telpon seluler. Tanpa perasaan canggung atau takut ia asyik menelpon dan satu gadis lainnya tetap mendayung pelan sambil sesekali bergurau. Kedalaman air saat itu cukup dalam, meski mereka tak terlalu jauh ke tengah danau namun pemandangan yang tidak biasa itu terlihat cukup mengeherankan, melihat 2 orang gadis tingkat sekolah menengah pertama, asyik bercengkrama sambil menelpon diatas perahu kecil sambil mendayung pelan diatas air danau yang cukup dalam. Tak nampak sedikitpun raut ketakutan atau ngeri. Melihat hal seperti itu sangat jarang ditemui belakangan ini, lokasinya agak jauh dari pintu air utama, dan hanya pemancing dan penduduk daerah sekitar yang melalui tempat itu.
Menikmati jagung bakar di gugusan delta waduk Cacaban .
Pengalaman ini juga penulis alami sendiri ketika ikut bersama rombongan pemancing yang rutin setiap minggu mengunjungi waduk untuk menyalurkan hobi nya memancing di Cacaban. Dari merekalah cerita cerita dari waduk cacaban itu penulis ketahui, berdasarkan narasumber dari pengemudi kapal dan petani dikawasan waduk terseebut. Kebetulan saya juga ikut mencoba untuk memancing ikan mujaer yang memang banyak tersebar dikawasan waduk cacaban. Setelah beberapa jam memancing, saya pun beristirahat sejenak, yang lokasinya ditengah tengah gugusan pulau kecil, yang kebetulan ditanami pohon jagung yang sudah siap panen. Dan ketika pemilik lahan jagung tersebut melintas saya pun meminta ijin untuk memetik beberapa buah jagung untuk dinikmati sembari beristirahat setelah memancing. Pemilikpun mengijinkan bebas mengambil secukupnya dengan syarat tidak boleh dibawa pulang kerumah. Mitos yang berkembang apabila dibawa pulang kerumah, maka akan ada sesuatu yang tidak diinginkan, entah gangguan dari mahluk lain yang mendiami gugusan pulau tersebut. Saya dan teman teman pun mulai membuat api untuk membakar jagung yang sudah dipetik tadi, sembari memasak air untuk membuat sajian teh hangat untuk dinikmati sambil menunggu jagung bakar itu matang. Awalnya cuma saya dan 2 orang teman saja yang membakar jagung, namun beberapa orang pemancing lainnya juga tertarik untuk menikmati jagung bakar diatas gugusan pulau kecil dengan pemandangan yang indah.Kami pun menikmati sajian jagung bakar dengan teh hangat diatas gugusan pulau kecil di obyek wisata waduk Cacaban.
masih banyak kisah yang akan penulis tambahkan mengenai Obyek wisata waduk Cacaban ini, ikuti terus dan share ke teman teman anda.